Perahu Kertas

Sesungguhnya film ini dibagi menjadi dua bagian dan diputar pada waktu yang tidak bersamaan. tapi reviewnya digabung sajalah *pemalas*.

Ketika mendengar kabar kalau Perahu Kertas difilmkan, saya senang sekali karena salah satu kebiasaan saya adalah kalau ada novel yang menurut saya ceritanya bagus biasanya saya jadi mengkhayal buat dibikin filmnya dan saya dengan semena-mena menentukan aktor mana yang cocok jadi tokoh di novel tersebut. Nampaknya saya seharusnya jadi tukang casting saja. Untuk novel perahu kertas ini tentu saja saya sudah membayangkan siapa saja yang cocok jadi Keenan dan Kugy. Tapi ya tentu saja itu kan hanya bayangan saya saja. Makanya ketika mendengar kalau Adipati Dolken dan Maudy Ayunda yang menjadi Keenan dan Kugy hati ini agak tak rela. Akan tetapi hal ini tidak menghalangi niat saya untuk tetap menonton film ini meskipun katanya lagi film ini akan dibagi menjadi dua bagian.

Bagian pertama film ini menceritakan tentang persahabatan Kugy dan Keenan yang sesungguhnya sama-sama jatuh cinta tetapi terhalang oleh banyak hal. Pas Keenan sendirian Kugy ada pacar, pas Kugy jomblo giliran Keenan yang ada pacar. Ditambah lagi dengan perasaan gengsi buat mengungkapkan perasaan. Pokoknya rumitlah buat mahasiswa baru masuk kuliah. Sementara itu niat Keenan buat jadi pelukis ditentang papanya sehingga pada akhirnya Keenan memutuskan buat berhenti kuliah dan mengejar mimpinya buat jadi pelukis dan minggat ke Bali. Beberapa tahun kemudian, setelah sekian lama tidak bertemu, Kugy dan Keenan akhirnya bertemu kembali dan menyadari bahwa perasaan itu tetap ada meskipun Kugy sudah memiliki Remi dan Keenan sudah bersama Luhde.

Ketika menonton bagian pertama terus terang saja saya merasa agak bosan karena menurut saya alur ceritanya lambat. Mungkin karena dimaksudkan untuk lebih memperkenalkan tokoh-tokohnya. Dan mungkin inilah yang terjadi dengan novel yang difilmkan, ekspektasi pembaca novel terhadap filmnya tentu lebih tinggi daripada mereka yang tidak membaca novelnya. Sekali lagi, Adipati Dolken menurut saya kurang sesuai dengan yang dideskripsikan di novelnya. Kugy juga dalam bayangan saya seharusnya berambut keriting. sayangnya Maudy Ayunda tidak berani mengambil resiko mengeriting rambutnya. Padahal dengan gaya rambut apapun Maudy tetap cantik kok. Tapi ya sudahlah,  mungkin ada pertimbangan lain lagi kenapa castingnya agak tidak sesuai dengan novelnya. Reza Rahadian seperti biasa tampil cute *salah fokus*. Jadi jangan salahkan kalau saya lebih memilih untuk menjadi #teamRemi daripada #teamKeenan.

Eh, sampai di mana tadi? Oh ya, agak bosan. Jadi, alur cerita pada bagian pertama ini datar. Ada konflik tapi menurut saya agak tak masuk akal. Misalnya nih ya, pada saat Noni sahabatnya ulang tahun Kugy memilih untuk tidak datang hanya karena tidak sudi melihat Wanda bersama Keenan. Padahal datang sebentar terus langsung cabut lagi kan masih bisa daripada akhirnya kehilangan sahabat.

Pada bagian kedua menurut saya, dinamika ceritanya berlangsung lebih cepat dari yang pertama karena memang banyak konflik yang terjadi di sini. Jadi saya tidak sempat merasa bosan. Tapi lagi-lagi Maudy dan Adipati menurut saya terlalu muda untuk menjadi eksekutif muda *halah*. Apalagi Adipati tetap tidak memangkas rambutnya meskipun sudah bekerja sebagai direktur di kantor bapaknya. Jangan salahkan saya ketika melihat Maudy hamil dan yang ada dalam pikiran saya adalah, “siapa yang menghamili kamu nak?? kamu masih kecil, belum pantas untuk dinodai.” *keplak diri sendiri*.

Tapi secara keseluruhan film ini cukup menghibur, nampaknya banyak yang menangis ketika menonton bagian keduanya. Sayangnya saya tidak tergugah, hanya hampir menangis ketika melihat abang Reza menangis karena mengingatkan saya pada seseorang yang menangis karena sa… *abaikan yang ini*. Ketika semalam adik saya bercerita tentang seorang temannya yang ngotot mempertahankan pacarnya yang sudah tidak sudi lagi bersamanya, saya menyarankan agar yang bersangkutan menonton film ini agar sadar bahwa hati memang tak bisa dipaksakan.

Quote film ini yang paling banyak dikutip dan akhirnya didiskusikan oleh teman saya yang satu ini adalah ‘hati itu dipilih, bukan memilih’. Errr.. kalau berhak memilih dan dipilih? Lu kate AD-ART organisasi, setiap anggota berhak untuk memilih dan dipilih? *eh* *keplak lagi diri sendiri*

Rating: 3.5/5

6 thoughts on “Perahu Kertas

  1. Owalah, ternyata dipecah jadi dua bagian. Pantas kemarin lihat posternya: Perahu Kertas 2. Lah, kemarin baru ada kok ini udah kedua.

    Weleh, ternyata tentang cinta-cintaan begonoan tah. (Belom baca novelnya. Gak nonton pilemnya.)

Leave a reply to Matris Londa (@MamaWilda) Cancel reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.